Kota Fakfak yang dikenal dengan hasil alamnya yaitu buah pala telah menyimpan jejak budaya yang unik dan luhur. Perkembangan kota Fakfak telah mewariskan konsep keseimbangan dan solidaritas antar umat beragama. Eksistensi dari warisan budaya masa lampau tersebut menjadi pilar penyangga kerukunan masyarakat hingga saat ini. Secara umum, kebersamaan masyarakat Fakfak dilambangkan dengan satu tungku yang beralaskan 3 batu sesuai keyakinan iman 3 agama besar yaitu Katolik, Islam dan Kristen Protestan. Dalam konteks ini, tungku diartikan sebagai kebersamaan dan semangat persaudaraan sedangkan 3 batu yaitu simbol dari 3 agama yang ada di Fakfak.
Filosofi tersebut tidak dapat dipisahkan oleh berkat pemikiran cerdas para visioner Fakfak tiga abad yang lalu. Prinsip ‘Satu Tungku Tiga Batu’ bukan sekedar wacana atau slogan melainkan secara nyata telah di'visualisasikan oleh masyarakat. Adapun sebuah bangunan Masjid yang dibangun persis di bibir pantai Kampung Patimburak (100 km dari Kota FakFak). Gagasan monumental dari bangunan ini adalah memadukan bentuk Masjid dan Gereja. Bangunan dan ornamen Masjid tersebut menjadi simbol toleransi penuh makna yang telah ada sejak tahun 1700-an. Ada pesan moral dan sinergi yang harmonis dibalik filosofi luhur tersebut yakni hidup dalam keseimbangan sosial yang utuh.
Konsep kultural yang berlaku di tanah Fakfak mengedepankan inspirasi untuk hidup bersama dalam bingkai kekeluargaan. Warisan sejarah dari tuah-tuah adat tersebut sarat dengan nilai normatif yang secara kuat diikat oleh asas keterbukaan di seluruh elemen masyarakat. Dalam konteks kedaerahan, makna ini juga memberi ruang bagi publik untuk berkespresi dan lebih komunikatif tanpa ada benturan dalam ruang sosio-politik. Manfaat lain yang ikut terbentuk adalah iklim solidaritas masyarakat lokal maupun non lokal yang terpelihara dengan sangat baik. Proses perkembangannya yang telah lama diyakini tersebut secara langsung telah membudaya sehingga berhasil melanggengkan cita-cita kedamaian.
Kerukunan beragama di Fakfak merupakan harmoni kehidupan beragama yang dilandasi nilai dan etika budaya yang luhur. Dalam kenyataannya, perbedaan agama bukan menjadi penghalang untuk berinteraksi tetapi ikatan kekerabatan dan persaudaraan yang dijaga dengan nilai budaya lokal. Makna-makna filosofis tersebut tidak hanya merefleksikan kebersamaan saja tetapi juga melingkupi nilai-nilai pembangunan dalam strata sosial seperti adat, agama dan pemerintah. Pesan luhur budaya tergambar jelas dalam interaksi sehari-hari yang berlandaskan iman dan moral. Visi dan tujuan pembangunan pemerintah daerah Kabupaten Fakfak diharapkan tetap berpijak pada konsep filosofi "Satu Tungku 3 Batu" sebagai aset dalam pembangunan masyarakat.
Semoga mencerahkan.....
(Tulisan ini berangkat dari kerinduan penulis akan filosofi budaya kota Fakfak yang mengagumkan sekaligus memberikan kepekaan dan sandaran reflektif bagi semua saudara di tanah rantau)
Tulisan sederhana ini awalnya berangkat dari refleksi "satu malam" dan sengaja dibuat untuk di'dedikasikan sebagai referensi diskusi mahasiswa di asrama Fakfak Yogyakarta bln November lalu. Semoga impian itu akan terwujud dalam suasana kekeluargaan yang hangat
Sumber Catatan Everd Daniel