Toni Victor Mandawiri Wanggai |
Jakarta, 24 Ramadhan 1438/ 19 Juni 2017 – Setidaknya ada 7 (tujuh) teori proses Islamisasi di tanah Papua dengan penduduk mayoritas Kristen, kata Dosen Fakultas Agama Islam Universitas Yapis Papua (UNIYAP), Toni Victor Mandawiri Wanggai.
Dalam disertasinya yang berjudul Rekonstruksi Sejarah Umat Islam di Tanah Papua, Toni mengungkapkan ada tujuh versi mengenai Islamisasi di tanah dengan ikon burung Cenderawasih itu.
“Dalam penelitian saya, saya menemukan ada tujuh versi proses Islamisasi di tanah Papua, versi Papua sendiri, versi Aceh, Arab, Jawa, Banda, Bacan, Tidore dan Ternate,” katanya dalam keterangan pada MINA, Ahad, di Jakarta.
Dari berbagai versi itu, pihaknya meyakini pendapat yang paling kuat mengenai Islamisasi di Papua adalah versi Bacan, Maluku Utara yang dibawa oleh Sultan Bacan yang diperkirakan pertengahan Abad XV.
Versi itu didukung oleh faktor ekonomis dan geografis letak kesultanan Bacan dibandingkan dengan ketiga kesultanan lainnya di Maluku (Ternate, Tidore, dan Jailolo) lebih dekat dengan Papua, tepatnya di Raja Ampat.
Dalam disertasinya ketua Nahdatul Ulama Papua itu mengatakan bahwa sumber utama penelitiannya adalah data-data historis Portugis, Spanyol, dan Belanda. Didukung juga dengan sumber-sumber lokal Ternate dan Tidore, dan sumber tertulis serta lisan dari para keturunan raja di Raja Ampat dan Fakfak.
Selain itu juga dilengkapi oleh laporan penelitian arkeologis, yang data-data tersebut dibaca menggunakan metode sejarah dengan pendekatan sejarah sosial, terutama ilmu sosiologi dan antropologi.
Adapun versi Aceh mengatakan Islam datang dari Aceh dibawa oleh Tuan Syekh Iskandar syah dari kerajaan Samudera Pasai sekitar abad XIII, daerah Mes distrik Kokas kabupaten Fakfak.
Versi Arab mengatakan, pada tahun 1230 M. Syekh Abdul Rahman Assegaf Maulana Saniki Yarimullah dengan istrinya Nyai Mara Utah sudah memasuki Jazirah Onim, Rumbati-Fakfak.
Versi Jawa mengatakan pada tahun 1518M, Sultan Adipati Muhammad Yunus dengan gelar Pangeran Seberang Lor anak dari Raden Patah dari Kerajan Islam Demak mengadakan kerjasama dengan kesultanan Ternate dan Tidore yang mengirimkan dai dan mubalig ke Papua dengan misi menyiarkan Islam.
Versi Tidore dan Ternate sebagaimana catatan sejarah Kesultanan Tidore “Museum Memorial Kesultanan Tidore Sinyine Mallige” menulis pada tahun 1443 M Sultan Ibnu Mansur (Sultan Tidore X) bersama Sangaji Patani Sahmardan dan Kapitan Waigeo bernama Kapitan Gurabesi memimpin ekspedisi kedaratan Tanah Besar (Papua).
Sementara versi dari Papua sendiri yang berasal dari pandangan adat dan legenda yang melekat di sebagian rakyat asli Papua mengatakan Islam telah ada sejak terciptanya Pulau Papua.
Namun, Toni mengatakan versi ini tidak didukung oleh bukti-bukti yang kuat yang bisa dijadikan pegangan. (L/P3/RS1)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA) | mirajnews.com/