Di bilangan Tanah Abang, Jakarta Pusat, etalase kaca yang dipasang di pinggir jalan menampilkan beberapa potong ayam goreng tepung.
Pada dinding dekat etalase, daftar harga penganan tersebut penuh coretan.
Iwan, penjual ayam goreng tepung tersebut, mengaku harus mengubah harga dagangannya karena kenaikan harga ayam selama sepekan terakhir.
”Harga ayam mentah tadinya di bawah Rp35.000. Sekarang harganya Rp40.000. Terpaksa ayam goreng tepung saya naikkan dari Rp9.000 ke Rp10.000 per potong,” ujarnya.
Pilihan yang diambil Iwan tidak ditempuh Mujiono, sesama pedagang ayam goreng tepung yang terpisah 500 meter satu sama lain.
Mujiono mengaku tidak berani mengecilkan porsi jualannya karena khawatir pelanggan lari. Akhirnya dia memilih untuk mengambil keuntungan yang tipis.
Kenaikan harga ayam tidak hanya dirasakan di Jakarta. Di Solo, Jawa Tengah, harga daging ayam mentah turut melonjak.
Harti, salah seorang pembeli daging ayam di Pasar Gede, Solo, mengaku harga ayam saat ini di pasaran mencapai Rp36.000 per kilogram. Harga tersebut mengalami kenaikan pesat jika dibandingkan dengan sebelum Lebaran yang mencapai Rp28.000 per kilogram.
Lonjakan permintaan
Kenaikan harga ayam, sebagaimana dijelaskan Srie Agustina, Dirjen Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan, disebabkan jumlah permintaan konsumen yang melampaui stok pada Idul Fitri lalu.“Permintaan meningkat sampai 20% ketika itu,” ujarnya.
Masalahnya, para peternak ayam baru mulai menternakkan bibit anak ayam tujuh hari setelah Lebaran.
”Di pusat peternakan ayam, seperti di Bogor, Jawa Barat, anak ayam tersebut telah berkembang dan berusia antara 21 hingga 25 hari. Tapi kan ayam itu baru bisa dipanen jika sudah berumur 30 sampai 31 hari. Nah, sebentar lagi panen,” kata Srie.
Srie lalu menekankan bahwa pasokan daging ayam bakal mencukupi dan masalah kenaikan harga ayam bisa segera teratasi.
Sejumlah faktor
Prof Dr Ir Sugiyono, Guru Besar Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor (IPB), menilai permasalahan kenaikan harga ayam tidak melulu disebabkan jumlah permintaan konsumen yang melonjak pada Idul Fitri.Menurutnya, kenaikan harga ayam adalah imbas dari meningkatnya harga daging yang disertai lemahnya daya beli masyarakat.
“Ada yang namanya elastisitas substitusi. Ketika harga daging naik dan masyarakat tidak sanggup membeli, mereka beralih mengonsumsi daging ayam. Hal ini menyebabkan permintaan daging ayam melonjak,” ujar Sugiyono.
Lonjakan permintaan daging ayam, tambah Sugiyono, tidak dibarengi dengan peningkatan pasokan daging ayam dari peternak.
Lalu mengapa pasokan daging ayam tidak meningkat?
Sugiyono merujuk pada ketergantungan para peternak ayam terhadap pakan ternak dari perusahaan-perusahaan oligopoli raksasa di Indonesia. Sedangkan harga pakan tidak murah.
“Pakan untuk ayam sudah tercampur, seperti jagung dan kedelai yang merupakan komponen impor. Jadi ketika laju inflasi tinggi, harga pakan juga naik. Akibatnya keuntungan peternak sangat tipis,” kata Sugiyono.
Sumber : http://www.bbc.com