Saat ini sedang marak pemberitaan peredaran beras plastik di sosial media. Hal ini tentu membuat khawatir sebagian besar orang Indonesia lantaran beras merupakan sumber makanan utama di negara kita. Kondisi ini cepat tersebar dan membuat kepanikan di masyarakat lantaran kita sangat sulit membedakan mana beras asli dan palsu terutama jika beras-beras tersebut dioplos menjadi satu.
Bagaimana jadinya jika kita kurang beruntung memakan beras oplosan yang mengandung plastik?
Seberapa bahaya plastik bagi kesehatan kita?
Apakah plastik beracun dan dapat membunuh orang yang memakannya?
Ini adalah poin-poin yang perlu Anda ketahui supaya kita benar-benar lebih waspada dan selektif dalam membeli atau memasak beras.
Plastik sendiri dikatergorikan menjadi berbagai jenis mulai plastik untuk bungkus makanan, plastik untuk botol minuman, plastik untuk industri dan kemasan barang, plastik untuk alat-alat rumah tangga dan jenis plastik lainnya. Begitu detailnya pembagian jenis plastik menurut kode penomoran, hal ini dimaksudkan supaya pelaku industri/ bisnis tidak salah dalam penggunaan plastik yang harus disesuaikan dengan fungsi dan kegunaanya sehingga dapat meminimalisir efek buruk bagi kesehatan.
Berbahayakah plastik bagi kesehatan? Beberapa jenis plastik berbahaya jika penggunaanya tidak tepat, sebagai contoh jenis plastik Polystyrene (PS) dengan nomor kode 6.
Jenis plastik ini sering digunakan sebagai bahan pembuatan styrofoam, wadah makanan beku siap saji, piring, garpu, dan sendok plastik. Penggunaan jenis plastik ini sebenarnya tidak dianjurkan untuk bungkus makanan karena dapat mengeluarkan zat styrene jika bersentuhan dengan makanan/minuman, apalagi jika dalam kondisi panas.
Bahaya yang ditimbulkan dari Zat styrene dalam jangka panjang akibat paparan yang terlalu sering dan lama dapat menimbulkan kerusakan otak, mengganggu hormon estrogen pada wanita yang berakibat pada masalah reproduksi, pertumbuhan dan sistem syaraf.
Selain itu, bahan ini juga mengandung benzene yang menjadi salah satu penyebab timbulnya kanker. Polystyrene juga sulit untuk didaur ulang, walaupun bisa didaur ulang, akan membutuh proses yang sangat panjang dan waktu yang lama.
Selain itu ada jenis plastik lain yang juga tak kalah berbahaya bagi tubuh yaitu jenis Polycarbonate (PC), jenis ini sangat tidak direkomendasikan untuk wadah makanan dan minuman, karena mengandung Bisphenol-A yang dapat merusak sistem hormon, merusak kromosom pada ovarium, menurunkan kualitas sperma, dan menganggu sistem imun.
Sekarang Anda bisa membayangkan bukan bahwa plastik yang hanya dijadikan wadah untuk kemasan luar dari makanan saja bisa menjadi sangat berbahaya bagi tubuh kita. Apalagi plastik itu kita makan dan masuk ke dalam saluran pencernaan dalam jangka pendek bisa saja menimbulkan masalah seperti diare, sembelit, kembung, mual hingga muntah.
Ditambah lagi dalam pengolahan beras yang direbus, akibat suhu yang panas maka partikel-partikel dalam plastik tersebut akan terurai sehingga akan semakin mudah diserap tubuh kita.
Pertanyaan sekarang adalah plastik jenis apa yang digunakan dalam produksi beras plastik yang beredar tersebut?
Dan sudah sejauh mana peredarannya di Indonesia?
Seberapa urgent pemerintah harus ikut turun dalam mengamankan dan menangani peredaran beras palsu tersebut.
Untuk meminimalisir kepanikan dan kekuatiran di masyarakat, berikut ini kami bagikan sedikit tips sederhana untuk membedakan beras asli atau palsu:
1. Beras plastik akan tampak bening dan mengkilat.
2. Beras asli jika ditekan dengan kuku akan patah, sementara beras plastik tidak akan patah dan bisa jadi kuku Anda yang patah.
3. Rendamlah dengan air dan amati seksama jika beras mengambang berarti itu adalah beras plastik.
4.Jika Anda curiga beras Anda adalah beras plastik maka coba bakarlah, jika terciuma aroma plastik atau meleleh maka beras tersebut adalah beras palsu dari plastik.
Semakin banyak produk makanan berbahaya di sekitar kita, pada akhirnya semua kembali pada diri kita masing-masing untuk bagaimana mampu memilih dan memilah makanan yang sehat dan tidak sehat. Semoga pemerintah segera turun tangan untuk mengatasi isu ini, terutama dinas terkait (pertanian, perdagangan, Bulog) dan pihak berwajib sehingga mampu meredam kepanikan masyarakat.
Semoga bermanfaat dan sebaiknya kita terhindar dari segala jenis penyakit.
Salam sehat,
dr. Wahyu Triasmara | Kompasiana