JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) telah merilis jumlah penduduk miskin di Indonesia mencapai 26,58 juta orang atau 10,12% pada September 2017, angka itu turun jika dibandingkan dengan Maret yang sebesar 27,77 juta orang atau 10,64%.
Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, tingkat kemiskinan menurut pulau di Indonesia sampai September 2017 masih terpusat di Indonesia bagian Timur, yakni Maluku dan Papua dengan persentase 21,23%.
"Penyebaran kemiskinan menurut pulau tidak banyak berubah, kemiskinan masih terpusat di Indonesia Timur, di mana Maluku dan Papua 21,23% dan terendah di Kalimantan 6,18%," kata Suhariyanto di Kantor BPS, Jakarta Pusat, Selasa (2/1/2018).
Sedangkan persentase di Sumatera sebesar 10,44%, Jawa sebesar 9,38%, Sulawesi sebesar 10,93%, dan Bali dan Nusa Tenggara sebesar 14,17%.
Jika dilihat dari jumlah penduduk miskin, Suhariyanto menyebutkan Jawa masih mendominasi dengan jumlah 13,94 juta orang dan terendah di Kalimantan dengan jumlah 0,98 juta atau 980.000 orang.
"Tapi kalau jumlah penduduk miskin yang terbesar ada di Jawa karena penduduknya banyak yaitu sebesar 13,94 juta sementara yang terendah di Kalimantan yaitu 0,98 juta orang," ungkap dia.
Untuk Sumatera berjumlah 5,97 juta orang, Sulawesi berjumlah 10,93 juta orang, Bali Nusa Tenggara berjumlah 2,06 juta orang, dan Maluku-Papua berjumlah 1,52 juta orang.
"Menurut kota dan desa, bahwa persentase penduduk miskin di pedesaan selalu lebih tinggi dibanding perkotaan. Sehingga kalau mau berantas kemiskinan perlu perhatian khusus ke pedesaan, dengan memperhatikan karakteristik penduduk miskin di pedesaan, di mana mayoritas bekerja di sektor pertanian," tambah dia.
Pria yang akrab disapa Kecuk ini menyebutkan, selama Maret-September 2017 garis kemiskinan itu Rp 387.160 per kapita per bulan. Dari angka tersebut, komposisinya bahwa kontribusi utama adalah garis kemiskinan makanan yaitu 73,35%.
"Ini memberikan pesan bahwa supaya tidak terjadi gejolak penduduk miskin, stabilitas bahan makanan harus dijaga, komoditas penting yang perlu dijaga yaitu beras, rokok, daging sapi,
"Kalau komoditas bukan makanan itu perumahan dengan sumbangannya 8,79% dan listrik 3,85%," tutup dia. (ara/ara)
Sumber: finance.detik.com