Hasil konferensi Triennial Pasifik ke-13 tentang Perempuan

Pemberdayaan Ekonomi Perempuan Pasifik menjadi tema Konferensi Triennial Pasifik ke-13 tentang Perempuan dan Pertemuan Menteri Pasifik bidang Perempuan ke-6 – South Pacific Community.

Suva, Jubi – Pengadopsian Pacific Platform for Action for Gender Equality and Women’s Human Rights (Platform Aksi Pasifik untuk Kesetaraan Gender dan Hak Asasi Perempuan) selama pembahasan Konferensi Triennial Pasifik ke-13 tentang Perempuan dan Pertemuan Menteri Pasifik bidang Perempuan ke-6 yang diselenggarakan oleh Komunitas Pasifik (SPC) merupakan tanda dimulainya sebuah perjalanan penting untuk wilayah Pasifik.
Sebuah perjalanan yang perlu mengatasi berbagai tantangan sosial, ekonomi, lingkungan dan politik.
Menteri Perempuan, Anak-anak dan Pemberantasan Kemiskinan di Fiji, Mereseini Vuniwaqa, yang memimpin konferensi tersebut, berkata bahwa dia puas dengan hasilnya:
“Selain menetapkan peta jalan untuk langkah-langkah selanjutnya, ini juga memungkinkan kita sebagai pemerintah mengukur apa yang telah kita lakukan sejauh ini, apakah itu ke arah yang baik secara regional, sebagai entitas, dan apa yang berbeda dan lebih baik untuk dapat kita lakukan kedepannya,“ katanya.
 “Kami telah mengidentifikasi beberapa tantangan utama, sebagai pemerintah, dari hasil pertemuan khusus ini: data, kurangnya data di sini, di negara kita, untuk mendorong dan menyediakan informasi dalam proses pembuatan segala macam kebijakan. Kami melihat ini sebagai tantangan dan saya senang melihat ini, masalah kekurang data, telah tertulis dengan sangat jelas dalam dokumen hasil rapat ini juga,” lanjutnya.
Ini adalah awal dari sebuah komitmen baru yang kami perlukan untuk diri kami sendiri, kata Dr. Colin Tukuitonga, Direktur Jenderal Komunitas Pasifik (SPC), saat dia mengucapkan selamat kepada para Menteri karena mengadopsi laporan umum yang akan menjadi dokumen panduan untuk memajukan agenda kesetaraan gender di Pasifik dalam 3 tahun ke depan:
“Bagi kami di SPC, laporan umum yang mendokumentasikan hasil Rapat ini akan menjadi bagan navigasi atau peta jalan atau frase apa pun yang ingin anda gunakan, karena itu adalah pengajuan kolektif mengenai isu apa yang anda anggap penting,” kata dia. “Bagi kami sekarang, tantangannya adalah mencari kemitraan, hubungan, dan sumber daya yang kita butuhkan untuk mewujudkannya.
“Menurut Menteri Nandi Glassie, Menteri Utama Urusan Dalam Negeri di Kepulauan Cook, merealisasikan ini berarti kita harus memastikan relevansi di tingkat lokal:
“Ada banyak sinergi yang telah dilalui sejauh ini dan saya mengakui mereka yang telah menggabungkan pendapat dalam dokumen ini akan memberikan jalur yang jelas untuk kesetaraan Gender di Pasifik,” katanya.
“Tapi yang lebih penting, dalam hal pemberdayaan ekonomi, saya dapat melihat bahwa hasil ini juga akan membantu memberikan beberapa petunjuk yang jelas kepada perempuan-perempuan di desa-desa kecil di luar sana karena yang sebenarnya mereka cari adalah, berdasarkan laporan hasilnya, ‘kebaikan apa yang dapat dihasilkan untuk kita di tingkat desa?’”.
Menteri Vuniwaqa menambahkan bahwa media termasuk radio komunitas yang dipimpin perempuan, FemTALK 89FM di Fiji contohnya, memiliki peran penting untuk memastikan komitmen ini dapat menjadi relevan secara lokal di masyarakat pedesaan.
Dr Sharman Stone, Duta Besar Australia untuk Perempuan dan Anak-anak, menekankan adanya keperluan mendesak untuk mengatasi isu kesenjangan antara perempuan di negara-negara Pasifik dalam usaha untuk mengatasi masalah kekerasan di wilayah regional, kurangnya perwakilan perempuan di dunia politik, kurangnya keamanan ekonomi bagi perempuan serta meningkatkan partisipasi kaum muda perempuan dalam pelaksanaan hasil pertemuan ini:
“Masa depan ada di tangan generasi muda kita,” katanya. “Empat hari ini, Anda telah berada di sini, Anda pasti sudah melihat jumlah laki-laki dan perempuan muda yang berada di sini, yang seringkali sangat aktif dalam masyarakat atau organisasi masyarakat sipil, beberapa di antaranya benar-benar didominasi oleh kaum muda, sebagaimana mestinya. Jika melihat tindakan-tindakan yang dilakukan sejauh ini, Anda akan melihat informasi, pendidikan, peningkatan keterampilan, memastikan remaja kita memiliki akses terhadap informasi kesehatan reproduksi, bahwa hak-hak mereka sebagai orang muda, bahwa mereka memiliki pilihan-pilihan untuk bertumbuh dan memiliki kesehatan yang baik terlindungi.”
“Mari terus maju dengan satu suara, dengan kuat dan konsisten mengadvokasikan kesetaraan gender di wilayah kita” tambah Menteri Vuniwaqa.
Menurut Noelene Nabulivou, feminis dari OMS Pasifik, tantangan-tantangan akan tetap ada saat bernegosiasi tentang hak asasi perempuan namun hasil ini adalah indikator positif sebagai dasar:
“Jadi bagi OMS, walaupun kami khawatir bahasa transgender tidak dapat dimasukkan dalam dokumen laporan akhir - dan bahwa bagi kami itu adalah kerugian yang besar karena ini adalah kesempatan bagi kita untuk memulai sesuatu yang sangat baru dan area dimana kami, sebagai masyarakat Pasifik, bisa memimpin karena kita memiliki begitu banyak identitas gender pribumi yang dihormati dan orang-orang mengerti di tingkat nasional, tapi yang masih tidak kita mengerti adalah ’wanita dalam segala keragaman mereka”, jelasnya.
“Kemenangan besar lainnya bagi kami adalah memiliki dua organisasi masyarakat sipil yang memiliki kursi khusus di meja utama adalah sebuah pergeseran yang besar. Dalam 12 konferensi sebelum (konferensi tiga tahunan) ini, kami benar-benar tidak memiliki perwakilan penting di lantai utama diskusi.”
Konferensi Triennial ke-13 Perempuan Pasifik dan Pertemuan 6 Menteri Pasifik untuk Wanita diadakan dari tanggal 2 sampai 6 Oktober di Suva, Fiji.(Elisabeth C.Giay)

Disqus Comments