Tolak Drop Out Ratusan Mahasiswa Kembali Duduki Kampus UP45

Yogyakarta – Sejumlah mahasiswa yang tergabung dalam aliansi mahasiswa Universitas Proklamasi (UP) 45, kembali menggelar aksi penolakan pencabutan status kemahasiswaan terhadap 22 mahasiswa UP 45 pada Senin, 18 September 2017.
Aksi lanjutan yang bermula dari suara keperihatinan mahasiswa atas miskinnya terasparansi kampus, minimnya sarana pendukung dalam pengembangan akademik mahasiswa hingga kesewenang-wenangan Rektor UP 45, Bambang Irjanto dengan mencabut tanpa dasar atas status kemahasiswaan dari 22 mahasiswa UP 45, kini bergulir kian memanas dan tak kunjung berujung.

Meski berbagai upaya lobi, mediasi dan audiensi telah dilakukan bersama pihak Rektorat UP 45, ORI DIY, DPRD DIY, Kopertis wilayah V DIY, Komnas HAM, LBH serta pihak lainya agar Rektor UP 45 segera mencabut keputusannya yang memberhentikan status kamahasiswaan dari 22 mahasiswa UP 45 tersebut telah digelar berkali-kali.

Hingga kini, pihak Rektorat UP 45 masih memalingkan telinganya atas suara kebebasan dan hak berdemokrasi, khusus dalam hal mendapat pendidikan yang layak untuk mahasiswanya.

Ironinya, beragam aksi perlawanan Rektor Bambang Irjanto pun dilakonkan. Mulai dari tindakan pengusiran terhadap mahasiswa yang akan di DO saat melakukan diskusi di halaman kampus UP 45, meski di pangkalan data PDD DIKTI masih bersetatus mahasiswa aktif UP 45, hingga tetap tegas memberlakukan secepatnya surat keputusan pencabutan status kemahasiswaan dari 22 mahasiswanya.

Aksi tersebut bermula dengan menggelar long march dari depan Kampus Sekolah Tinggi Teknologi Nasional (STTNAS) higga di depan pintu gerbang Kampus UP 45.
Di depan gerbang masuk UP 45, massa aksi melangsungkan berbagai orasi politiknya.
Dalam orasi politik yang didengungkan sejumlah perwakilan dari organisasi mahasiswa yang tergabung dalam aliansi mahasiswa UP 45 terdengar dengan tegas mengutuk perilaku kesewenang-wenangan Rektor Bambang Irjanto.

Menurut mereka, Irjanto sudah mencedrai kontestasi akademik dan demokrasi Kampus sebagai wadah akademis dan laboratorium demokrasi. Mulai dari pengekangan kebebasan berekspresi mahasiswa hingga tindakan yang tidak senonoh dan menggelikan sebagai akademisi yang sedang dipertontonkan Bambang Irjanto.

Tak hanya itu, Irjanto dituntut dengan tegas agar segera mengembalikan status kemahasiswaan dari 22 mahasiswa UP 45.

Hasil pantauan Kabarnusantara.net, masaa aksi selain menggelar orasi politik di hadapan puluhan pihak keamanan Kampus UP 45 dan Polisi, ratusan mahasiswa tersebut pun berhasil menerobos masuk ke halaman kampus setelah selesai melakukan aksi baku dorong dengan pihak keamanan Kampus UP 45.

Tak puas terhadap hasil negosiasi dengan pihak keamanan Kampus UP 45 untuk segera menemui Rektor Irjanto, massa aksi kian geram dan langsung mendudukan kampus UP 45.
Ruang rektorat pun berhasil disegel massa. Selain itu, kobaran api dengan asap yang mengepul akibat membakar sejumlah ban bekas turut mewarnai situasi yang penuh gelora militansi dan semangat juang sejumlah massa aksi demi menuntut kemerdekaan mendapatkan pendidikan yang wajar di Kampus UP 45 itu.

Ratusan poster dan sepanduk bertuliskan kecaman terhadap Rektor Irjanto dan penuntutan pencabutan surat keputusan DO terhadap 22 mahasiswa UP 45 pun berseliweran terpasang di setiap sudut kampus.

Lebih dari itu, massa aksi juga turut membetuk posko aliansi di halaman Kampus UP 45.
Aksi tersebut berahir hingga pukul 16.30 Wib dan direncanakan akan kembali digelar besok (19/9/2017) dengan pasokan massa yang banyak.

Meski demikian, aksi yang bermula sejak pukul 09.00 Wib tersebut, massa aksi tak berhasil menemukan Rektor Bambang Irjanto di lingkungan Kampus UP 45. Diketahui, pada hari tersebut, Rektor Irjanto tiba-tiba tak ditemukan saat sedang bertugas. (Atan/KbN).

Selain aksi di kampus, Aliansi mahasiswa Proklamasi 45 juga membuat petisi online di change.org. Mempetisi Rektor Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta dan KEMENRISTEKDIKTI. 
Melalui Petisi online Aliansi Mahasiswa Proklamasi 45 juga mengharapkan dukungan dari solidaritas dan 
masyarakat luas yang peduli dengan dunia pendidikan dan arogansi serta rektor otoriter.

Disqus Comments