Tuntaskan Kasus Tolikara!

FAKFAK- Kasus penyerangan kelompok masyarakat yang menyebabkan terbakarnya tempat ibadah umat islam di Kabupaten Tolikara, tentunya membuat keprihatinan bagi seluruh masyarakat di tanah air khususnya di Papua.   Penyerangan sekelompok ma­syarakat di Tolikara saat umat Islam merayakan  hari raya Idul Fitri yang menyebabkan terbakarnya  mushola membuat Forum Kerukunan Antar Umat Beragama (FKUB) Kabupaten Fakfak angkat bicara.

Ketua Forum Antar Umat Bera­gama, Drs. Ali Baham Temongmere,MTP, yang juga dalam kesehariannya menjabat sebagai Kepala Bappeda Fakfak, berharap agar masyarakat Kabupaten Fakfak yang mayoritas penduduknya beragama Islam diharapkan agar tidak terprovokasi dengan kejadian yang terjadi di Tolikara. Drs. Ali Baham Temongmere, MTP, mengatakan, kasus yang terjadi di Kabupaten Tolikara Papua harus segera ditangani Pemerintah dan menyerahkan persoalan ini ditangani pihak kepolisian.

“Masyarakat Fakfak diharapkan tidak terprovokasi dengan kejadian di Tolikara dan menyerahkan persoalan ini ditangani oleh pihak Kepolisian untuk mengusut tuntas pelaku – pelaku tersebut,”tandas Ketua Forum Kerukunan Antar Umat Beraga Kabupaten Fakfak, Drs. Ali Baham Temongmere, MTP, kepada Radar Sorong, di sela – sela open hause  Idul Fitri di kediaman pribadinya.

Menurut Ali Baham Temongmere, Pemerintah baik pusat dan daerah harus secepatnya menyelesaikan persoalan yang terjadi Tolikara dengan mencari akar masalah yang terjadi di daerah tersebut  dan kedua unsur pemerintah dalam hal ini Kepolisian harus mengusut tuntas siapa pelaku yang telah mengganggu kerukunan antar umat beragama di daerah tersebut.

Dan bagi masyarakat di Papua khususnya di Fakfak agar tidak terprovokasi dengan kejadian yang terjadi di Tolikara dan tetap menjalin kerukunan antar umat beragama di tanah Papua khususnya di Fakfak dapat terjalin dengan baik. “Pemerintah harus bertindak cepat untuk mencari akar masalah dari persoalan ini dan pihak pemerintah dalam hal ini Polisi diharapkan juga dapat bertindak cepat secara professional untuk mengungkap dan memproses secara hukum pelaku – pelakunya,”tutur Ali Baham Temongmere.   

Sementara itu, saat menyampaikan sambutan di pembukaan Temu OMK wilayah Pastoral Fakfak, Minggu (19/7) petang, di halaman Gereja Katolik Stasi St. Yosep Brongkendik, Bupati Fakfak, Drs. Mohammad Uswanas, M.Si, menghimbau kaum muda agar memperkuat Iman sehingga terhindar dari konflik serupa yang baru saja terjadi di Tolikara, Papua. “Biasanya orang-orang sudah mau baik, itu iblis goda terus itu! Begitu...! Jadi kita semakin khusyuk dalam ibadah, itu iblis tampil terang-terangan di muka, tapi kalau kita tinggalkan, mere­ka malah tidak peduli, karena targetnya sudah sukses, karena itu sebagai orang beriman, percaya kepada Tuhan Yang Mahakasih, marilah kita setiap waktu meningkatkan iman dan takwa kita!,” demikian arahan Bupati Uswanas disambut tepuk tangan riuh peserta dan undangan.

Bupati Uswanas pun memerintahkan pihak Polres dan Kodim Fakfak untuk antisipasi perkembangan buruk yang dapat membahayakan stabilitas daerah. “Tidak ada cerita itu...orang- orang gunung, orang pantai, orang pedalaman, bermusuhan dari segi keagamaan! Itu di luar kebiasaan, di luar tradisi orang Papua. Ini saya sampaikan untuk kita semua harus bersatu padu, menjaga kebersamaan kita. Yah...harus itu! Dan tidak boleh terprovokasi!” jelas Bupati Uswanas, ” Tidak ada itu...itu tidak benar kalau orang Papua seperti itu...ada kekeliruan, kekhilafan!”

Menurut Bupati Mohammad Uswanas, kesempatan ini menyinggung kejadian di Tolikara, namun sesungguhnnya dalam setiap kesempatan selalu tampak sikap toleransi dan saling menghormati antar-warga berbeda agama di Fakfak. Sudah sejak awal, sebagai warisan leluhur orang Fakfak. “Tidak ada cerita orang Fakfak berbeda dalam hal agama, bukan menjadi sesuatu yang seperti alergi di daerah lain!” jelas Bupati, “Tidak ada soal kok! Kenapa harus orang-orang ribut?”ujarnya.

Sementara itu, Anggota DPD RI, Abdullah Manaray, ST menyatakan, harus ada kesadaran bersama dari seluruh elemen masyarakat di Papua Barat. Menurut Senator asal daerah pemilihan Provinsi Papua Barat ini, bahwa di provinsi ini masyarakatnya sudah sangat heterogen, terdapat berbagai macam suku,dan segala adat istiadatnya diberbagai kabupaten/kota.

‘’Baik dari suku Papua maupun luar Papua dengan berbagai latar belakang profesi yang dimilikinya.  Sehingga hal ini harus menjadi kesadaran kita semua untuk saling menghormati diantara sesama masyarakat, saling bergandeng tangan untuk saling membantu dalam setiap masalah yang dihadapi di sekitar kita,’’ tandas Manaray kepada koran ini,Senin (20/7).

Papua Barat,lanjut dia, saat ini terus bergerak maju, baik dalam hal pembangunan fisik, manusianya, ekonominya, sosial budaya maupun toleransi antar umat beragama sudah terpelihara dan berjalan dengan baik, dan itu sudah mulai sejak masuknya agama  di Pa­pua.  Sejak dahulu antara adat dan agama di tanah Papua tidak pernah terjadi permusuhan justru yang terjadi adalah saling melengkapi.

‘’Marilah kita tetap menjaga ketertiban dan keamanan di sekitar lingkungan kita dan terkait dengan kasus di Ttolikara, Papua, marilah kita mempercayakan kepada pihak keamanan untuk menyelesaikan masalah tersebut dengan mengusut tuntas siapa pelaku dan apa motif serta provokator di balik kejadian tersebut,’’ ujarnya.

 Anggota DPD ini merasa yakni, masalah di Papua dapat diselesaikan oleh orang Papua sendiri dengan duduk bersama. ‘’Kita orang Papua sendiri dapat menyelesaikan dengan duduk bersama. Kita punya lembaga adat, dan agama yang selama ini berjalan dengan baik. Kita tidak mau berbagai provokator dengan segala hasutannya ingin memperkeruh situasi,’’ tandasnya.(ric/ret/lm)

Sumber :RadarSorong

Disqus Comments