Frans Nawipa, Sekertaris Jenderal Aliansi Mahasiswa Papua (AMP) sedang berorasi di depan istana presiden di Jakarta. |
Di depan istana presiden, mereka berorasi sambil meneriakkan “Merdeka, Merdeka!”
Juru bicara AMP Sonny Wanimbo mengatakan kepada ucanews.com, aksi mereka saat ini dilatarbelakangi pelaksanaan MSG Summit, dimana salah satu agendanya membahas proposal rakyat Papua untuk menjadi bagian MSG.
Pengajuan proposal keanggotaan ini melalui United Liberation Movement for West Papua (ULMWP).
“Kami mendukung proposal itu. Jika diterima, maka negara-nagara MSG mendukung kemerdekaan Papua,” katanya.
Dalam orasi di depan istana, Frans Nawipa, Sekertaris AMP mengatakan, sudah saatnya Papua lepas dari Indonesia.
“Ini demi martabat dan masa depan warga Papua,” katanya. “Cukup sudah kekerasan, pembantaian masyarakat Papua oleh aparat TNI dan Polri. ”
Ia menegaskan, mereka juga mendukung Papua untuk masuk MSG, karena menurutnya, Papua memang tidak berasal dari ras yang sama dengan orang Indonesia umumnya.
“Kami memang Melanesia, karena itu kami ingin bergabung dengan MSG.” katanya.
Sonny Wanimbo menambahkan, mereka mengatakan memiliki kekecewaan mendalam, karena tidak ada upaya untuk mengakhiri masalah di Papua.
“Walaupun di Indonesia ini negara hukum yang mengedepankan demokrasi, namun di Papua dan untuk orang-orang Papua demokrasi dibungkam,” katanya.
Ia menunjukkan bukti pembungkaman demokrasi dengan peserta aksi hari ini, dimana mereka sempat dihadang apart polisi dan TNI saat mereka berangkat dari Kampus Universitas Kristen Indonesia (UKI), Cawang, tempat di mana mereka berkumpul dan memulai aksi.
“Ada teman kami yang bajunya dicopot karena ada tulisan mendukung Papua masuk MSG. Kami punya siaran pers juga disita. Ini tekanan yang sudah luar biasa,” katanya
Padahal, menurut dia, mereka sudah memberitahu aksi ini kepada Polda Metro Jaya.
Sementara itu, wartawan yang meliput aksi ini dihadang untuk mengambil foto saat polisi berupaya menghadangi mereka.
Wanimbo menjelaskan, upaya Jokowi membebaskan tahanan politik di Papua pada Mei lalu bukanlah bagian dari solusi mengatasi masalah Papua.
“Itu hanya cara dia untuk melemahkan perjuangan rakyat Papua, karena saat ini nasib kami sedang dibahas di MSG.”
Ryan Dagur, Jakarta - http://indonesia.ucanews.com