Hikmah setelah mencapai tujuan serasa judul tulisan ini. Nol adalah saat start ketika menaruh niat, dan seratus adalah tujuan yang ingin dicapai. Bisa jadi bukan 100, bisa berapa saja tapi saya ingin 100 saja tuk menggambarkan cukup panjangnya waktu penempuhan. Konteks kali ini adalah kegiatan IGI Fakfak kemarin sejak 28 s.d 30 Aprl 2017 yang berjudul Seminar dan Workshop Nasional Literasii Digital dan Pemanfaatan Teknologi Dalam Pembelajaran Bagi Guru di Abad 21. Temanya Mengubah Paradigma dari metode pembelajaran konvensional ke metode yang inovatif. Kami berharap judul kegiatan serta tema benar benar mewakili semua harapan dan kepentingan sponsor, harapan yang kami tanam di titik nol, sekaligus akan kami capai di titik seratus.
Dari beberapa kali rapat panitia sebulan sebelumnya ada beberapa hal yang kami putuskan. Sayangnya sebagai guru, ada saja hambatan untuk berdiskusi secara mendalam untuk mematangkan rencana kegiatan. Sebagian besar anggota panitia berada pada posisi penting di sekolahnya masing masing. Kepentingan sekolah yg tentu jadi prioritas menjadikan pencapaian ke arah titik 100 begitu lambat, seperti merayap. Hari terus melaju, tanggal sudah ditetapkan, undangan untuk peserta mulai disebarkan, bahkan permohonan kepada Dirjen GTK bpk Sumarna Surapranata, P.hD untuk menjadi keynote speaker dalam seminar melalui video conderence sudah direspon positif oleh Ditjen GTK. Pihak GTK menunjuk bapak Rudi Budiman untuk berkoordinasi langsung dengan operator room webex milik Seamolec yaitu ibu Umi Tira Lestari dari IGI Kota Bogor. Koordinasi untuk berlatih vicon agar pada hari H tidak ada kendala. Keseriusan GTK dan Seamolec mendukung kami, justru membuat sayasemakin gelisah. Kesolidan panitia di bawah 60 persen. Peserta yang mendaftar H-2 belum 30 orang per kegiatan. Bagaimana ini? Padahal saat kegiatan yang sama di Februari lalu di mana kami menghadirkan bpk Satria Dharma dan ibu Yully Rachmawati pesertanya mencapai 200 orang lebih. Di sisi lain, kehadiran tiga narasumber yang direncanakan harus berkurang karena ketum IGI Pusat Muhammad Ramli Rahim dan bapak Abdul Karim master trainer Microsoft dan Casio tengah sakit. Kegiatan yang hanya akan menghadirkan bapak Khairuddin Budiman seorang guru matematika dari SMAN 1 Nurussalam Aceh Timur, di mana beliau juga adalah Ketua Uum IGMP Matematika sekaligus master trainer Casio benar benar akan menjadi tugas berat bagi beliau. Membawakan materi full selama tiga hari pastilah melelahkan.
Persoalan bagaimana membuat narasumber nyaman selama di Fakfak, bagaimana memobilisasi peserta untuk mendaftar, kesiapan gedung, konsumsi dan sebagainya hanya bisa saya terima dengan pasrah. Pikirkan yang terbaik dengan apa yang kita punya. Jangan berpikir di luar kemampuan. Itu saja. Dikuatkan dengan doa. Alhamdulilah satu persatu persoalan teratasi bahkan dengan cara yang tidak terduga. Peserta seminar hingga hari kedua bisa menjadi 102 orang, bahkan ada yang kemudian langsung mendaftarkan untuk workshop di hari kedua tersebut. Peserta workshop dapat mencapai 65 orang. Kedua angka itu terus terang tidak saya pusingkan. Saya tidak memulai dengan amunisi yang penuh karena ini kerja tim. Saya hanya berharap semua kegiatan lancar dan peserta puas. Mau saya di depan, di tengah atau di belakang angkat angkat sampah atau menyapu benar benar gak apa-apa. Saya beruntung narasumber utama pak Khairuddin adalah salah satu sahabat juga rekan kerja. Di grup master Casio beliau ketua saya seketaris, di IGMP Matematika pun demikian beliau ketum saya sekumnya (tapi belum dilantik he he). Sebagai rekan kerja, beliau mau turun sebagai panitia juga terutama saat vicon dengan GTK yang diwakili Kepala PPPPTK TK dan PLB bapak Drs. Sam Yhon, MM kami di bantu hingga vicon melalui webex berjalan lancar bahkan diapreasiasi yang tinggi oleh belau. Terima kasih pak Sam, terima kasih GTK. Cara baru bagi guru dalam berkomunikasi untuk belajar melalui vicon dengan pihak GTK ternyata adalah hal pertama yang digagas oleh IGI Fakfak. Beliau berharap kabupaten lain dapat melakukan hal yang sama. Terperangah juga mendengarnya, bangga? Yah adalah…he he
Saat peserta workshop postes, pak Khairuddin meminta saya untuk berfoto bersama sambil membawa buku karangan pak Rahmad Sugianto. Mau buat bukti fisik ke pak Rahmad katanya kalau buku sudah saya terima. Kami memilih view laut sehingga kami ke luar gedung Diklat tempat kami kegiatan. Tiba tiba kami dikejukan dengan hadirnya pelangi dengan lengkungan yang nyaris 180 derajat. Sayang tempat kami berdiri tidak bisa mengcover lengkungan itu. Kehadiran pelangi layaknya hadiah bagi kami, terutama bagiku. Penempuhan dari nol ke titik seratus mungkin tidak jelas harus kelipatan berapa? Bisa dengan melompat bagai bilangan genap, atau prima? Hal ini seperti ingin mengetahui bagaimana caranya menempuh tujuan, yang ternyata saya lebih sering tidak tahu. Sayahanya punya titik nol dan seratus. Itu saja. Jika kemudian di titik seratus itu kemudian Allah menghadiahi pelangi….fenomena alam yang sangat sulit untuk kita temui.
Saya hanya bisa sujud penuh syukur. Terima kasih Ya Allah Sang Pemberi Kemudahan. Terima kasih pak Khai, terima kasih teman teman panitia, teman teman peserta, Pemda Fakfak, RRI, TVRI, Seamolec, Ditjen GTK, dan semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu hingga kegiatan kami dapat berlangsung dengan lancar.
Sampai Jumpa pada kegiatan mendatang
Selamat Hari Pendidikan Nasional
Fakfak, 2 Mei 2017
Chandra Sri Ubayanti
Ketua IGI Fakfak