JOKOWI KE PAPUA HANYA MENGULANGI CERITA BELANDA DI JAWA PADA ABAD KE-18
Kedatangan Jokowi (Presiden RI) ke Papua itu sama dengan Kedatangan Pemerintah Belanda ke Jawa di abad ke-18.
Motivasinya sama, baik di abad ke-18 ataupun di abad- 20. Bedanya, di Jawa waktu itu adalah daerah Koloni, sementara Papua dipaksakan untuk dijadikan daerah Koloni.
Kedatangan Pemerintah Belanda saat itu untuk memetahkan potensi-potensi SDA untuk kepentingan Bisnis Ekonomi.
Hal itu juga diulangi kembali di Papua. Kedatangan Jokowi pun sama.
Mengulangi cerita lama itu kembali di Bumi penuh susu dan madu itu.
Soekarno perna melawan Belanda dengan menolak pembangunan rel kereta karena itu dinilai sebagai upaya jalan tol kalonialisasi dan untuk kepentingan imperialis di Jawa. Sekarang hal itu mulai dibuat pola yang sama di Papua dengan bangun rel kereta. Tentu bangun rel itu bagian dari niat untuk Mobilisasi penduduk, percepatan marjinalisasi dan memudahkan pengangkutan semua SDA dari Papua ke luar.
Ada beberapa perbedaan antara Belanda di Jawa dan Indonesia di Papua:
1). Jawa Daerah Koloni Belanda dan Papua hanya dipaksakan untuk menjadi daerah Koloni Indonesia.
2). Tidak ada mobilisasi penduduk Warga Belanda di Jawa tapi hanya difokuskan keberadaan pemerintahan di Jawa, sementara di Papua terjadi Mobilisasi penduduk Indonesia besar-besaran, yang jumlah penduduknya sudah mulai lebih banyak dari orang Papua, terlepas dari adanya pemerintahan dan keberadaan militer yang berlebihan.
3) Belanda hanya melakukan pemaksaan untuk menumbuhkan ekonomi Belanda, tapi keberadaam Indonesia di Papua penuh dengan kekerasan, yang diduga untuk memunahkan Bangsa Papua.
Saya berharap, kita lebih pekah dan kritis melihat soal ini. Cukup sudah Bangsa Papua ditipu terus oleh Jakarta.
Indikasi kuat, Dialog saja Jakarta menghindar (Jokowi tidak punya etika baik untuk Dialog). Ini menunjukan bahwa kekerasan di Papua dipelihara.
--------> By: Marthen Goo