Protes Aliansi Mahasiswa Papua di Yogyakarta. (Ulet Ifansasti/Getty Images |
"Ya enggak apa-apa, menolak. Yang bisa, kita proses. Yang menolak, kita proses dengan cara lain ya," ujar Sutiyoso di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, Senin (4/12).
Ketika ditanya cara lain apa yang disiapkan untuk Benny Wenda, Sutiyoso menjawab, "Hehehe... sudah tahu kamu kan. Kalau lunak enggak bisa harus bagaimana, kan tahu."
Benny juga mengkritik perkataan Kepala BIN Sutiyoso yang menyebut jika dia menolak bekerja sama, BIN akan menyiapkan 'pendekatan lain' yang hingga kini masih rahasia dan tidak dapat diungkapkan. Benny menganggap ucapan itu sebagai ancaman.
'Saya tahu bahwa ancaman ini dimaksudkan untuk menakut-nakuti saya, tetapi saya menolak untuk diintimidasi oleh pihak berwenang Indonesia yang menempati negara saya, membunuh warga, dan kemudian mencoba memaksa saya untuk ‘bekerja sama’ dengan skema mereka,' ujar Benny dalam keterangan tertulis yang diterima CNNIndonesia.com kemarin.
Kini Benny mempertanyakan metode apa yang akan coba diterapkan kepadanya agar dia mau bekerja sama dengan otoritas Indonesia.
'Apakah pemerintah Indonesia mengancam dengan melanggar hukum Inggris dan menuntut saya dengan tuduhan palsu sekali lagi? Atau apakah ‘metode lainnya’ itu akan melibatkan pengiriman tentara Indonesia untuk datang dan membunuh saya di Inggris?" ujar Benny.
"Jika BIN ingin saya ‘bekerja sama’, maka mereka harus membiarkan rakyat Papua untuk menggunakan hak dasar kami untuk menentukan nasib sendiri melalui referendum kemerdekaan yang damai seperti dijanjikan kepada kami pada 1962," ujar Benny.
Sejak saat itu, Benny terus mengampanyekan referendum bagi masyarakat Papua. Dia meminta pemerintah RI mengizinkan warga Papua untuk memutuskan akan memisahkan diri dari Indonesia atau tetap menjadi bagian dari Indonesia.
Kepala BIN Sutiyoso berharap Benny Wenda dapat bersikap kooperatif dengan pemerintah RI seperti Din Minimi.
"(Pendekatan lunak) sudah kebijakan pemerintah, tapi bukan satu-satunya. Kalau dia tidak mau, tentu ada cara lain," kata mantan Wakil Komandan Jenderal Kopassus itu. (bag)
Sumber : http://www.cnnindonesia.com