BIN Tak Permasalahkan Penolakan Kerjasama dari Benny Wenda

BIN Tak Permasalahkan Penolakan Kerjasama dari Benny Wenda
Protes Aliansi Mahasiswa Papua di Yogyakarta. (Ulet Ifansasti/Getty Images
Jakarta, CNN Indonesia -- Kepala Badan Intelijen Negara Sutiyoso mengaku tidak mempermasalahkan penolakan tawaran kerjasama yang ditawarkan kepada Benny Wenda, pemimpin Gerakan Pembebasan Papua yang dituding Kapolri Jenderal Badrodin Haiti sebagai dalang penyerangan Polsek Sinak.

"Ya enggak apa-apa, menolak. Yang bisa, kita proses. Yang menolak, kita proses dengan cara lain ya," ujar Sutiyoso di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, Senin (4/12).

Ketika ditanya cara lain apa yang disiapkan untuk Benny Wenda, Sutiyoso menjawab, "Hehehe... sudah tahu kamu kan. Kalau lunak enggak bisa harus bagaimana, kan tahu."


Benny Wenda menolak bekerja sama dengan BIN yang berencana melakukan 'pendekatan lunak' terhadapnya, seperti yang juga dilakukan terhadap mantan kombatan Gerakan Aceh Merdeka Din Minimi.

Benny juga mengkritik perkataan Kepala BIN Sutiyoso yang menyebut jika dia menolak bekerja sama, BIN akan menyiapkan 'pendekatan lain' yang hingga kini masih rahasia dan tidak dapat diungkapkan. Benny menganggap ucapan itu sebagai ancaman.

'Saya tahu bahwa ancaman ini dimaksudkan untuk menakut-nakuti saya, tetapi saya menolak untuk diintimidasi oleh pihak berwenang Indonesia yang menempati negara saya, membunuh warga, dan kemudian mencoba memaksa saya untuk ‘bekerja sama’ dengan skema mereka,' ujar Benny dalam keterangan tertulis yang diterima CNNIndonesia.com kemarin.

Benny menyatakan, dia sekarang tinggal di pengasingan setelah kabur usai ditangkap dan disiksa di Papua karena memimpin aksi kemerdekaan yang damai. Benny tinggal di Inggris setelah diberi suaka politik oleh negara itu pada tahun 2003.

Kini Benny mempertanyakan metode apa yang akan coba diterapkan kepadanya agar dia mau bekerja sama dengan otoritas Indonesia.

'Apakah pemerintah Indonesia mengancam dengan melanggar hukum Inggris dan menuntut saya dengan tuduhan palsu sekali lagi? Atau apakah ‘metode lainnya’ itu akan melibatkan pengiriman tentara Indonesia untuk datang dan membunuh saya di Inggris?" ujar Benny.

"Jika BIN ingin saya ‘bekerja sama’, maka mereka harus membiarkan rakyat Papua untuk menggunakan hak dasar kami untuk menentukan nasib sendiri melalui referendum kemerdekaan yang damai seperti dijanjikan kepada kami pada 1962," ujar Benny.

Benny, pada tahun 2002, ditangkap polisi atas sangkaan terlibat dalam peristiwa penyerangan ke kantor polisi di Abepura, Jayapura, setahun sebelumnya. Ia kemudian melarikan diri dari Lapas Abepura, dan menjadi eksil di Inggris hingga kini.

Sejak saat itu, Benny terus mengampanyekan referendum bagi masyarakat Papua. Dia meminta pemerintah RI mengizinkan warga Papua untuk memutuskan akan memisahkan diri dari Indonesia atau tetap menjadi bagian dari Indonesia.

Kepala BIN Sutiyoso berharap Benny Wenda dapat bersikap kooperatif dengan pemerintah RI seperti Din Minimi.

"(Pendekatan lunak) sudah kebijakan pemerintah, tapi bukan satu-satunya. Kalau dia tidak mau, tentu ada cara lain," kata mantan Wakil Komandan Jenderal Kopassus itu. (bag)

Sumber : http://www.cnnindonesia.com

Disqus Comments